CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Kamis, 01 Mei 2014

Tugas Kesehatan Mental (softskill)

10
PENYESUAIAN DIRI ANAK-ANAK LUAR BIASA

            Semua anak adalah luar biasa dalam arti tidak seorang anak pun sangat serupa dengan yang lainnya. Tetapi, beberapa anak yang benar-benar menyimpang dan memiliki ciri khas patut mendapat perhatian khusus dalam buku tentang ilmu kesehatan mental ini. Telah banyak usaha mendefinisikan istilah anak “luar biasa”. Ada yang menggunakan istilah tersebut untuk anak yang sangat cerdas atau anak yang luar biasa, sedangkan orang lain menggunakannya untuk menyebut anak-anak yang tidak normal. Tetapi pada umumnya, istilah tersebut telah diterima dan dipakai untuk anak-anak yang cacat dan anak-anak yang berbakat intelektual.
            Dengan demikian, anak yang luar biasa disini dapat didefinisikan sebagai anak yang menyimpang atau berbeda dari anak-anak biasa (anak rata-rata) atau normal dalam hal: (1) ciri-ciri khas mental; (2) kemampuan-kemampuan pancaindra; (3) kemampuan-kemampuan komunikasi; (4) tingkah laku sosial; (5) ciri-ciri khas fisik.

INTELIGENSI
Definisi Inteligensi
Meskipun kebanyakan peneliti sependapat bahwa inteligensi adalah seperangkat ciri-ciri khas dan kemampuan kognitif yang tidak dapatdiamati secara langsung, tetapi definisi khusus tentang inteligensi telah berubah sepanjang masa.
            Konsepsi Binet mengenai inteligensi menekankan kemampuan menilai sebagai factor yang sangat penting. Stern mendefinisikan inteligensi sebagai kapasitas umum individu untuk menyesuaikan pemikirannya secara sadar dengan kebutuhan-kebutuhan baru. Charles Spearman melihat inteligensi itu sebagai kemampuan mental yang luas yang meliputi semua fungsi kognitif. Ia mengemukakan bahwa inteligensi itu adalah salah satu factor yang disebutnya g. Faktor kognitif yang umum ini memungkinkan orang mampu mencapai keberhasilan dalam bermacam-macam tugas intelektual. Spearman berpendapat bahwa semua kemampuan intelektual dapat dinyatakan sebagai fungsi-fungsi dua factor: pertama, faktor umum yang berlaku bagi setiap kemampuan (faktor g); kedua, faktor khusus bagi setiap kemampuan tertentu (factor s).
            Louis Thurstone, melihat inteligensi sebagai serentetan kemampuan yang berbeda-beda. Kemampuan itu adalah kemampuan umum (menyeluruh) yang terbagi dalam kemampuan-kemampuan khusus, yang dinamakan “primary mental abilities”, yakni verbal comprehension, word fluency, numerical fluency, spatial visualization, associative memory, perceptual speed,dan reasoning. Thurstone mengemukakan bahwa orang-orang yang unggul dalam salah satu bidang juga unggul di bidang-bidang lainnya.
            J.P. Guilford memperbanyak jumlah ini dan mengemukakan bahwa ada 120 faktor yang mempengaruhi inteligensi. Tetapi, Raymond Catell menentang ide tentang banyak inteligensi. Ia mengemukakan bahwa g benar-benar ada tetapi ada 2 macam g, yakni fluid-intelligence ( kapasitas untuk memperoleh pengetahuan baru dan memecahkan masalah-masalah baru yang sebagian ditentukan oleh faktor-faktor biologis dan factor-faktor genetik ) dan crystallized-intelligence ( pengetahuan dan pelajaran yang diperoleh sepanjang hidup kita melalui interaksi antara fluid-intelligence dan pengalaman lingkungan ). Howard Gardner mengemukakan suatu teori tentang inteligensi yang disebut theory of multiple intelligences. Ia mengemukakan 7 macam inteligensi, yakni linguistic, musical, logical-mathematical, spatial, bodily-kinesthetic, social sensitivity, dan personal awareness. Robert Steinberg mengembangkan suatu teori tentang inteligensi yang dinamakan triarchic theory. Menurut triarchic theory ada 3 aspek inteligensi yang berbeda tetapi berhubungan, yaitu :
1. Aspek inteligensi internal
2. Aspek adaptif inteligensi 
3. Aspek-aspek eksperensial inteligensi
            Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa meskipun dalam semua defines tentang inteligensi yang dikemukakan diatas terdapat perbedaan, tetapi terdapat juga beberapa kesamaan, yakni: (1) kapasitas itu terbagi dua: kapasitas umum dan kapasitas khusus yang terbagi lagi dalam bidang-bidang tertentu; (2) kapasitas itu bertingkat-tingkat; (3) secara implisit tingkat-tingkat inteligensi dapat diukur dan bidang-bidangnya dapat diidentifikasikan.
Pengukuran Inteligensi
Inteligensi diukur dengan tiga standar pengukuran: usia mental (mental age), intelligence quotient (IQ), dan jenjang presentil (percentile rank).
Usia Mental
Usia mental adalah kemampuan mental yang khas bagi individu pada tingkat usia kronologis (chronological age) tertentu.
Intelligence Quotient (IQ)
Intelligence Quotient adalah angka indeks tunggal yang menyatakan tingkat kecerdasan seseorang dibandingkan dengan orang lain dalam sampel yang standard. Ukuran yang dikenal sebagai IQ pertama kali dikemukakan oleh William Stern, seorang psikolog Jerman. Ia memperhatikan bahwa jika usia mental dibandingkan dengan usia kronologis, maka akan terdapat ukuran yang stabil. Kemudian William Stern mengusulkan rumus yang berikut :
                        MA : Usia mental
                        CA : Usia kronologis
Jenjang Persentil (Percentille Rank)
Jenjang presentil adalah pernyataan skor tes inteligensi berdasarkan kedudukan relatif pada populasi tertentu.
Tes Inteligensi
Tes inteligensi yang biasa dipakai adalah Revised Stanford-Binet Test of Intelligence; Wechsler-Bellevue Scales (Form I dan Form II, dan WAIS); Wechsler Intelligence Scale of Children; Goodenough Drawing Test; dan Arthur Point Scale.
ANAK BERBAKAT INTELEKTUAL
            Mereka yang berada di puncak inteligensi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni genius biasa, yang ber-IQ 140-170, dan genius luar biasa yang ber-IQ diatas 170. Anak-anak yang sangat menyimpang ini biasanya mengalami kesulitan besar dalam penyesuaian diri dengan lingkungan yang didominasi oleh anak-anak yang jauh kurang cerdas. Meskipun jumlah yang genius itu hanya sedikit saja, tetapi mereka memikul tanggung jawab besar bagi kemajuan umat manusia. Masyarakat sebaiknya melakukan segala sesuatu yang dapat menjamin kecerdasan mereka.
Ciri-Ciri Mental
Anak-anak yang berbakat intelektual biasanya menampakkan keunggulan mereka pada usia yang sangat dini. Satu-satunya kriterium yang sangat baik tentang anak yang daya pikirnya unggul adalah kosakatanya luas. Diharapkan bahwa karena inteligensi verbalnya begitu tinggi, anak yang berbakat intelektual akan belajar membaca lebih dini dalam hidupnya daripada anak-anak biasa.
Prestasi Sekolah
Selama belajar di sekolah, hasil kerja dari anak-anak yang sangat cerdas ini sangat unggul dalam semua mata pelajaran. Tetapi, kuosien pendidikan mereka mungkin sedikit lebih rendah daripada IQ mereka. Perbedaan-perbedaan antara kuosien pendidikan dan kuosien inteligensi kebanyakan disebabkan karena sekolah tidak dapat menyesuaikan isi pelajaran dengan kemampuan anak-anak yang cemerlang itu.
Penyesuaian Diri dalam Keluarga
            Kira-kira sepertiga dari anak-anak yang berbakat intelektual dilahirkan dan dididik dalam keluarga-keluarga dimana ayah-ayah mereka adalah orang-orang profesional. Sebagai manusia, orang tua mungkin mengalami reaksi emosional yang kalut terhadap anaknya yang berbakat. Orang tua bangga terhadap prestasi anaknya tetapi juga jengkel karena anaknya mengetahui hal lebih banyak daripada ia sendiri. Lagipula, orang tua pada umumnya berpendapat bahwa anak-anak yang menjadi dewasa sebelum waktunya akan berakibat tidak baik. Setiap anak berbakat yang sama sekali atau sedikit ditolak oleh orang tuanya merasa bahwa dalam awal kehidupannya ada sesuatu dari dirinya yang tidak disukai. Ketika usianya bertambah, ia mulai menduga bahwa inteligensinya yang tinggi itulah yang menjadi penyebabnya dan mungkin menjadi penghalang antara dirinya dan keluarganya.
Penyesuaian Diri di Sekolah
            Anak yang berbakat itu sering mengalami kesulitan besar dalam menyesuaikan diri dengan situasi di sekolah. Karena daya pikirnya yang jauh lebih tinggi daripada rata-rata anak yang usia kronologisnya sama, seringkali anak berbakat ini mengalami rasa bosan dan jengkel ketika gurunya terus-menerus menerangkan pelajaran yang memang sudah ia kuasai. Akibatnya, ia berpikir lebih baik untuk mogok belajar dan malas pergi ke sekolah.
            Secara teoritis, cara yang paling baik menangani masalah itu ialah membiarkan anak-anak yang berbakat itu dalam kelas-kelas heterogen dan kemudian menyesuaikan isi pelajaran dan metode pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan dan kemampuan-kemampuan mereka.
Penyesuaian Diri dengan Teman-Teman Sebaya
            Perbedaan usia mental antara anak-anak yang sangat berbakat dan anak-anak rata-rata (biasa) begitu besar sehingga sulit sekali mencapai penyesuaian diri sosial yang normal. Ada kemungkinan  anak-anak seperti itu hidup dalam kesepian dan mencari kepuasan dengan bermain sendiri atau menciptakan kawan-kawan khayalannya. Dengan demikian, kepribadian anak itu menjadi rusak meski untuk sementara atau kadang-kadang untuk seterusnya. Tidak mengherankan bahwa banyak di antara anak-anak berbakat itu menjadi malu akan inteligensinya yang tinggi dan menjadi penyebab utama munculnya rasa frustasi terhadap kebutuhan akan status dan ketentraman emosinya.


Kestabilan Emosi
            Ada kemungkinan besar bahwa individu-individu yang berbakat itu tidak begitu berbeda dengan orang-orang kebanyakan mengenai frekuensi kekalutan tingkah laku yang ringan atau berat.
Kreativitas
Hampir tidak ada penelitian mengenai kreativitas atau hubungan antara kreativitas dan gangguan-gangguan emosional.
Tinjauan Historis Pendidikan Anak Berbakat
            Dalam Perkembangan, perhatian pendidikan terhadap anak-anak yang berbakat ini mendapat hambatan dari situasi social dan politik. Puncak perhatian terhadap anak-anak berbakat di Amerika Serikatadalah pada tahun-tahun sesudah Perang Dunia II yang dikenal sebagai ledakan pengetahuan dan teknologi. Pada tahun 1957 Rusia meluncurkan pesawat Sputnik ke angkasa luar dan hal ini mendorong Amerika untuk mendidik anak-anak Amerika yang memiliki bakat-bakat unggul sebagai calon-calon ilmuwan ulung yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Tetapi, perhatian kea rah ni mulai mengendur karena Amerika merasa ada jaminan bahwa ia akan mendapat kedudukan unggul dalam memimpin dunia, dan disamping itu juga ada tekanan yang kuat dari demokratisasi yang menolak adanya kelompok elite dari mereka yang tergolong berbakat istimewa. Alasan lain disamping kekhawatiran adanya kelompok elite yang memandang anak-anak berbakat tidak perlu mendapat perhatian khusus atau pelayanan pendidikan khusus adalah bahwa mereka telah dianugerahi bakat-bakat yang luar biasa secara alami, dengan demikian mereka pasti mampu mewujudkan potensi dari dirinya sendiri dan dapat mencapai keunggulan. Apa yang dikemukakan ini tidak sesuai dengan fakta yang ada karena banyak anak yang potensial berbakat tidak berprestasi sesuai dengan kemampuannya (underachiever) karena mereka tidak mendapat pelayanan pendidikan yang sesuai dengan bakat dan minat mereka. Ditinjau dari segi demokratisasi juga, maka dunia pendidikan harus memberikan pendidikan khusus bagi mereka yang memiliki kemampuan superior dan inipun termasuk hak asasi manusia.
Sejalan dengan perkembangan perhatian terhadap kebutuhan pendidikan bagi anak berbakat terjadi juga perkembangan konsep mengenai keberbakatan. Terman telah mengadakan penelitian longitudional (1959) tentang anak berbakat, dan keberbakatan itu cenderung diasosiakan Terman dengan IQ yang tinggi (very superior). Tetapi, Guilford (1967) menunjukkan bahwa kemampuan-kemampuan intelektual manusia beranekaragaman dan banyak kemampuan intelektual penting yang tidak diukur oleh tes intelegensi, seperti kreativitas. Galton dianggap sebagai perintis di bidang ini karena dalam studinya tentang perbedaan kemampuan mental antara individu dan perhatiannya terhadap bakat-bakat unggul yang dipu69(blikasikan dalam bukunya yang berjudul “Heredity Genius” (1869) mengemukakan bahwa apa yang dinamakan genius itu merupakan kombinasi dari bakat bawaan dan cirri-ciri kepribadian, seperti semangat dan keuletan dalam bekerja. Keberbakatan kemudian  dilihat dalam pengertian yang lebih luas (multidimentional) seperti yang terdapat dalam perumusan keberbakatan yang digunakan dalam Rencana Tujuh Tahun Pelayanan Pendidikan Anak Berbakat di Indonesia (1982-1989) yang mengemukakan bahwa “yang dimaksudkan dengan anak berbakat adalah mereka yang karena memiliki kemampuan yang luar biasa unggul, mampu mencapai prestasi yang tinggi. Di antara nya mereka yang unggul secara konsisten dalam kapasitas intelektual umum, kapasitas akademik khusus, dalam bidang pemikiran kreatif-produktif, bidang kinestetik atau psikomotorik, dan dalam bidang psikososial (anatar lain bakat kepemimpinan).
Sayangnya proyek program pendidikan anak berbakat yang diluncurkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Kebudayaan, Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidika, pada tahun 1982, yang Rencana Tujuh Tahun Pelayanan Pendidikan Anak Berbakat di Indonesia hanya berlangsung sampai tahun 1986/1987, karena ada perubahan prioritas dalam kebijakan pendidikan dan kendala financial. Sekolah Unggulan ini dipromosikan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1994 untuk didirikan di setiap provinsi. Tetapi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada waktu itu (Dr. Wardiman Djojonegoro) mengungkapkan bahwa Sekolah Unggulan tidak sama dengan sekolah anak berbakat intelektual oleh Departemen Pendidikan Nasional, terbukalah kesempatan baru bagi mereka untuk dapat menyelesaikan suatu jenjang pendidikan dalam waktu lebih singkat, sesuai dengan UUSPN Nomor 2 Tahun 1989, Pasal 24, Ayat 6.
            Dari WCGTC dibentuk beberapa federasi, antara laian Asia-Pasific Federation of the World Council for Gifted and Talented Children, APF-WCGTC juga mengadakan konferensi internasional setiap dua tahun sekali pada tahun-tahun genap (WCGTC pada tahun-tahun ganjil). Pada APF-WCGTC Indonesia pun mempunyai delegasi yang menghadiri konferensi APF secara berkala, termasuk menyampaikan makalah tentang bermacam-macam pendidikan keberbakatan di Indonesia. Tahun 1996 Indonesia mendapat kehormatan menjadi tuan rumah dari 4th Asia-Pasific Conference on Giftedness di Jakarta (4-8 Agustus, 1996). Pada kesempatan disampaikan Country Report dari delapan Negara Asia-Pasifik (Jepang, Australia, Indonesia, Korea, Philipna, Hongkong, Thailand, dan Taiwan) tentang perkembangan pendidikan bagi orang berbakat dan bertalenta. Keynote speeches dan sebagian besar makalah diterbitkan dalam buku “Optimizing Excellence in human resource development”(Utami Munandar dan Conny Semiawan [eds.]). Pada konferensi tersebut, Prof. Dr. S.C. Utami Munandar menjadi presiden dari Asia-Pasific Federation of the WCTGTC (1996-1998). Partisipasi Indonesia dalam forum internasional cukup kelihatan, antara lain juga dengan menghadiri sekaligus menyampaikan makalah di konferesni European Council of High  Ability (ECHA) dan di badan-badan internasional lainnya.
            Hal yang sangat penting bagi Indonesia adalah pada tanggal 7 Agustus 1993 didirikan Yayasan Indonesa untuk Pendidikan dan Pengembangan Anak Berbakat (YIPPAB) dengan susunan pengurusnya adalah sebagai berikut.
1.      Ketua Umum                                                  : Prof. Dr. S.C. Utami Munandar
2.      Sekretaris                                                        : Prof. Dr. Conny Semiawan
3.      Bendahara                                                       : Bpak H. Maulwi Saelan
4.      Ketua Bidang Pendidikan                              : Dr. Reni Akbar-Hawadi
5.      Ketua Bidang Penelitian                                 : Prof. Dr. Yaumil Agoes Achir
6.      Ketua Bidang Usaha                                       : Bapak H. Maulwi Saelan
7.      Ketua Bidang Humas                                     : Bapak Wahjono, Ph. D.
8.      Ketua Bidang Peran Serta Masyarakat           : Ny. Izinar Adi Tobing
Program Akselerasi
            Penyelenggaran pendidikan di Indonesia pada umumnya bersifat klasikal, artinya semua siswa diperlakukan sama di dalam kelas. Kelemahannya adalah tidak terakomodasinya kebutuhan individual siswa yang pada dasarnya tidak sama baik intelegensi maupun bakat dan minatnya. Berdasarkan pengalaman siswa yang berkemampuan jauh di atas normal cenderung lebih cepat menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, Akibatnya adalah bahwa siswa yang demikian akan menunggu siswa-siswa lain yang lebih lamban daripada dirinya. Pengertian Akselerasi yang dikemukakan oleh Pressey (1949) adalah suatu kemajuan yang diperoleh di dalam program pengajaran dalam kecepatan yang lebih cepat atau usia yang lebih muda daripada yang konvesional. Sedangkan dalam program percepatan belajar untuk SD, SLTP, dan SLTA yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000, akselerasi iu didefinisikan sebagai salah satu bentuk pelayanan pendidikan yang diberikan bagi siswa dengan kecerdasan dan kemampuan luar biasa, untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih awal dari waktu yang telah ditentukan (Depdiknas, 2001).
            Untuk definisi pertama ada tiga catatan, yakni: Perlu adanya kemantapan eksistensi dari satu kumpulan materi, tugas, keterampilan, dan persyaratan pengetahuan dari setiap jenjang pengajaran; Mempersyaratkan adanya kecepatan dari kemajuan yang diinginkan, yang spesifik, melalui kurikulum yang cocok untuk semua siswa; Adanya dengan bila dibandingkan dengan usia teman sebaya, siswa yang cerdas akan mampu lebih cepat melaju melalui suatu program pengajaran standar. Dengan demikian, ada dua kriteria kemajuan, yakni prestasi yang ada dan kemampuan untuk melangkah lenih cepat dan biasanya.
            Definisi pertama dari model penyelenggaran akselerasi dapat bervariasi. Model-model tersebut dapat diutarakan sebagai berikut.
1.      Siswa masuk sekolah dalam usia yang lebih muda daripada persyaratan yang ditentukan pada umumnya (early entrance).
2.      Siswa dipromosikan ke kelas yang lebih tinggi daripada ditempatkan pada kelas yang biasa pada akhir tahun pelajaran (grade skipping).
3.      Siswa diberikan  materi pelajaran yang dianggap sesuai dengan prestasi yang mampu dicapainya (continous progress).
4.      Siswa diperkenalkan pada materi pelajaran yang memungkinannya untuk mengatur sendiri kemajuan-kemajuan yang bisa di perolehnya sesuai dengan tempo yang dimilikinya (self-paced).
5.      Siswa ditempatkan untuk satu atau beberapa mata pelajaran tertentu (subject matter acceleration).
            Kelas kita mengacu pada berbagai macam akselerasi yang dikemukakan di atas, program percepatan belajar yang diadakan pemerintah saat ini masih terbatas pada butir ke-7 (curriculum telescoping). Dan, untuk itu model penyelenggaran program percepatan belajar menurut definisi yang dikemukakan pemerintah bisa berupa pelayanan khusus, kelas khusus, dan sekolah khusus. Tetapi, kebijakan pemerintah tahun pelajaran 2001/2002 adalah pendiseminasian program percepatan belajar yang dititikberatkan pada model kelas khusus.
Tujuan
            Penyelenggaraan program percepatan belajar memiliki dua tujuan yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum meliputi: (1). Memberi pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki karateristik khusus dari aspek kognitif dan afektifnya. (2) Memenuhi hak asasinya selaku peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan dirinya. (3). Memenuhi minat intelektual dan perspektif mada depan peserta didik serta: (4) Menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan. Sedangkan tujuan khusus meliputi: (1) Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat. (2) Memacu kualitas atau mutu peserta didik dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual, emosional secara beirmbang. (3) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran peserta didik.
Keuntungan dan Kerugian Program Akselerasi
            Keuntungan. Southern dan Jones (1991) menyebutkan beberapa keuntungan ikut dalam program akselerasi, yakni: (1) Efisiensi dalam belajar meningkat, (2) Efektivitas dalam belajar meningkat, (3) Adanya rekognisi terhadap prestasi yang dimiliki, (4) Waktu untuk meniti karier meningkat, (5) Produktivitas meningkat, (6) Pilihan eksplorasi dalam pendidikan meningkat dan, (7) Siswa diperkenalkan dalam kelompok teman yang baru. Kerugian. Terlepas dari keuntungan yang dikemukakan diatas, ada juga beberapa hal yang menjadi keberatan terhadap program akselerasi. Keberatan-keberatan itu menyangkut bidang akademis, bidang penyesuaian diri social, bidang aktivitas ekstrakurikuler, dan bidang penyesuaian diri emosional.
Anak Berbakat Intelektual dan Program Akselerasi
            Pengertian anak berbakat sangat luas, masing-masing dapat membuat definisi yang berbeda. Untuk itulah pengertian Anak berbakat dala program percepatan belajar yang dikembangkan oleh pemerintah dibatasi dua hal sebagai berikut: Mereka yang mempunyai taraf intelegensi atau IQ di atas 140 atau Mereka yang oleh psikologi atau guru diidentifikasi sebagai peserta didik yang telah mencapai prestasi yang memuaskan, dan memiliki kemampuan intelektual umum. Dengan definisi yang dikemukakan diatas, maka pihak sekolah yang ingin menyelenggarakan program percepatan belajar perlu mengacu pada pengertian tersebut untuk kepentingan rekruitmen dan seleksi calon akseleran. Dalam Pedoman Penyelenggaran Program Percepatan Belajar, indicator dari hal ini diperoleh dari tiga sumber, yakni NEM, Tes Kemampuan Akademis, dan rapor. Persyaratan yang diminta untuk nilai rata-rata seluruh bidang studi di rapor tidak kurang dari 7,0 nilai rata-rata NEM di atas 7,0 begitu juga dengan nilai bidang studi Matematika dan Bahasa Indonesia dalam Tes Kemampuan Akademis sekurang-kurangnya 7,0.
            Definisi keberbakatan diambil dari United States Office of Education (1972) yang berbunyi sebagai berikut: “Anak berbakat adalah mereka yang didefinisikan oleh orang-orang yang berkualifikasi professional memiliki kemampuan luar biasa, mampu berprestasi tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah regular agar dapat merealisasikan kontribusi dirinya maupun masyarakat. Kalau kedua definisi itu dibandingkan, maka perbedaannya ada dalam hal untuk prestasi. Definisi pertama (definisi anak berbakat dalam Program Percepatan Belajar) mempersyaratkan adanya peserta didik yang telah mencapai prestasi yang memuaskan, sedangkan definisi kedua (definisi anak berbakat yang dikenal selama ini di Indonesia) hanya mempersyaratkan mampu berprestasi tinggi. Kedua hal ini memiliki makna yang berbeda. Kata prestasi dalam definisi pertama telah teraktualisasikan, sedangkan kata prestasi dalam definisi kedua masih berupa potensi. Dengan demikian, dalam definisi pertama, anak berbakat yang tidak menunjukkan prestasi (underachiever) tidak dapat direkomendasikan oleh psikolog ke dalam Program Percepatan Belajar. Hal ini juga dapat diperhatikan adalah keberbakatan dalam definisi pertama mengacu pada pendekatan unidimensional dan multidimensional. Dikatakan pendekatan unidimensional karena satu-satunya kriterium yang dipakai sebagai ukuran anak berbakat adalah kemampuan intelektual umum atau kecerdasan umum. Jika calon akseleran memiliki skor IQ 140 (yang disebut extreme gifted atau first order: De Haan & Havighurts, 1957 dalam Hawadi, 1993 atau highly gifted, Feldhusen, 1989 dalam Hawadi, 1993) dapat segera direkomendasikan oleh psikolog sebagai calon akseleran tanpa melihat factor lain, seperti kreativitas dan pengikatan diri pada tugas. Sedabgkan calon akseleran yang memiliki kecerdasan umum di bawah skor IQ 140 tetapi tidak kurang dari skor IQ 125 masih perlu memiliki persyaratan tambahan, yakni kreativitas yang memadai dan pengikatan diri terhadap tugas yang tergolong baik.
            Definisi kedua yang lazim digunakan selama ini lebih tepat untuk memenuhi  kebutuhan anak berbakat dalam layanan berupa enrichment (pengayaan). Dengan demikian, anak berbakat yang tergolong dalam definisi pertama lebih tepat disebut accelerated learner, dan anak berbakat yang tergolong dalam definisi kedua lebih tepat disebut enriched learner. Dikatakan accelerated learner karena sangat anak lebih mampu menguasai dan mengintegrasikan bahan-bahan pelajaran yang kompleks. Ia memiliki kemampuan untuk belajar dan mengingat kembali sejumlah besar informasi dengan tepat. Ia mengolah informasi secara efektif, dan sering kali anak berbakat dengan tipe ini mampu bekerja baik di sekolah. Ia dikatakan sebagai high achiever dan sangat berdisplin serta sukses untuk tugas-tugas yang melibatkan analisis logis. Hanya kekurangannya ialah anak yang termasuk kategori accelerated learner kurang matang secara social sehingga ia sangat membutuhkan keterampilan social. Enriched learner sang anak memiliki cirri-ciri kepribadian yang lebih imajinatif, sangat emosional, secara internal termotivasi, rasa ingin tahunya besar dan terdorong untuk melakukan eksplorasi dan eksperimen. Ia lebih memusatkan perhatiannya pada masalah daripada mengakumulasikan pengetahuan. Dengan demikian, anak berbakat dengan tipe ini tidak menaruh perhatian terhadap prestasi (achievement) dan ia memang tidak pernah berada pada posisi top academic performer dalam bidang studi. Dari apa yang dikemukakan diatas  sudah jelas bila ada anak yang tidak tergolong dalam definisi anak berbakat dalam Program Percepatan Belajar.
                                            RETARDASI MENTAL
            Retardasi mental dalam perkembangan intelegensi dikenal dengan beberapa sebutan, misalnya lemah mental, amentia (untuk membedakannya dari dementia, suatu kondisi psikotik, oligprenia. Sebutan yang bermacam-macam itu dibedakan berdasarkan tingkat kapasitas inteletual yang diperoleh atau factor-faktor penyebab. Misalnya, idiot adalah individu dengan IQ di bawah 25, dan cretin adalah orang yang menderita karena kelenjar gondok tidak berfungsi dengan baik. Retardasi mental menimbulkan masalah social yang besar karena memerlukan sarana-sarana dan prosedur-prosedur pendidikan yang khusus. Secara singkat dapat dikatakan retardasi mental adalah tingkat fungsi intelektual yang secara signifikan berada di bawah rata-rata sebagaimana diukur oleh tes intelegensi yang dilaksanakan secara individual. Untuk diklasifikasikan sebagai orang yang mengalami retardasi mental, fungsi social dan intelektualnya harus rusak (lemah). Retardasi mental dilihat sebagai suatu kondisi kronis dan tidak dapat diubah yang dimulai sebelum usia 18 tahun. Bila fungsi intelektual jauh ke tingkat retardasi sesudah usia 18 tahun, maka masalah tersebut diklasifikasikan sebagai dementia dan bukan retardasi mental.
            DSM-III mengemukakan tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam mengdiagnosis seorang individu yang menderita retardasi mental: (1) Individu harus memiliki “fungsi intelektual umum yang secara signifikan berada dibawah rata-rata.” Secara teknis, fungsi intelektual dari individu tersebut berada pada IQ 70 atau lebih rendah dari 70. (2) Individu tersebut harus mengalami kekurangan atau kerusakan dalam tingkah laku adaptif yang disebabkan oleh atau ada hubungannya dengan intelegensi yang rendah. Kerusakan dalam tingkah laku adaptif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk menerima tanggung jawab social dan mengurus diri sendiri (misalnya mengenal atau mengatakan tentang waktu, menangani uang, berbelanja atau berpergian sendirian). (3) Gangguan itu harus terjadi sebelum usia 18 tahun dan bila sesudah usia tersebut fungsi mental individu menurun, maka ia didiagnosis sebagai orang yang menderita dementia dan bukan retardasi mental. Meskipun banyak anak yang menderita gangguan autis juga mengalami retardasi, tetapi ada beberapa perbedaan antara autism atau retardasi: Anak-anak yang mengalami retardasi mengalami perkembangan yang kognitif yang sama dengan perkembangan social nya, sedangkan pada autism perkembangan social anak selalu lebih rendah daripada perkembangan kognitif, anak-anak yang autis memperlihatkan kekurangan-kekurangan berat dalam bahasa dan penyimpangan yang lebih banyak dalam bahasa, perangsangan diri sendiri lebih memusatkan perhatian pada stimulus-stimulus penglihatan dan pendengaran, dan tingkah laku-tingkah laku aneh seperti memutar-muta benda, memukul-mukul dan memutar-mutar tubuh adalah hal-hal yang terjadi pada autisme tetapi bukan pada retardasi, dan anak-anak yang mengalami retardasi termotivasi untuk menyenangkan orang-orang dewasa, tetapi anak-anak autis tidak menghiraukan pengaruh dari perbuatannya terhadap orang-orang dewasa.
Tingkatan Retardasi Mental
            Dalam diagnosis retardasi mental biasanya ditetapkan tingkatan cacat sesuai dengan tingkatan IQ dan taraf kemampuan penyesuaian diri social. Istilah-istilah yang dipakai untuk tingkatan retardasi mental itu adalah moron, imbisil, dn idiot.
Moron
            Anak-anak moron dengan IQ 51-69 dan usia mental berkisar dari 6 atau 7 sampai 11 menunjukkan sedikit kelainan fisik. Dengan dilatih oleh orang-orang yang cakap dan dengan penuh kasih sayang, mereka dapat mencapai kelas V atau kelas VI Sekolah Dasar. Tingkatannya ada yang rendah, medium, dan tinggi. Biasanya gejala-gejala lemah mental dan kriteria social dan emosional merupakan factor-faktor yang menentukan dalam klasifikasi ini. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol diri, mengadakan koordinasi, dan adaptasi yang wajar. Mereka dapat diajar dalam beberapa keterampilan tangan dan mengurus diri sendiri. Orang-orang moron memerlukan perlindungan khusus dalam masyarakat karena mereka kurang memiliki kemampuan nalar dan kemampuan berfikir untuk mengatur dan mengurus masalah mereka sendiri. Menurut pembagian secara klinis, moron dibagi atas dua tipe, yaitu tipe stabil dan tipe tidak stabil.
            Dalam tipe stabil, orang moron mempunyai minat dan perhatian terhadap lingkungannya dan rajin. Mentalnya seimbang dan ada kemajuan prestasi di SD. Mereka juga pada umumnya bertingkah laku baik dan tidak menimbulkan banyak kesulitan. Dalam tipe tidak stabil, orang moron pada umumnya sangat rebut, kurang mampu mengontrol diri, selalu merasa gelisah dan selalu bergerak. Ia tidak henti-hentinya berbicara dan melakukan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Sangat emosional dan penuh ketakutan, khususnya pada malam hari sehingga sering menjerit-jerit dan mudah menangis. Suka mwrasa iri dan sangat keras kepala, tetapi kadang-kadang ada juga yang sangat pendiam, aneh, selalu dibayangi oleh kesedihan-kesedihan, selalu mengeluh, dan selalu tidak merasa puas. Anak laki-laki yang betipe moron bersifat tidak stabil, memiliki seksualitas yang kuat meskipun tidak memiliki kondisi yang wajar untuk mengadakan hubungan seks yang normal, sedangkan anak gadis yang bertipe moron tidak stabil, tidak begitu membahayakan seperti halnya laki-laki.
Imbisil
            Kelompok yang tergolong dalam imbisil termasuk dalam rentang IQ 25-50 dn rentang usia mental 3-6 atau 7 tahun. Anak imbisil dapat belajar berbicara, dan dengan demikian dapat menyampaikan kebutuhan-kebutuhan dasar tetapi biasanya tidak dapat belajar membaca dan menulis. Gerakan-gerakannya tidak stabil dan lamban, ekspresi mukanya kosong dan tampak seperti emosi.
Idiot
            Kelompok yang tergolong dalam idiot termasuk dalam rentang IQ di bawah 25 dan berusia mental O sampai 3 tahun. Perumbuhan mentalnya biasanya tidak melampaui usia kronologis 8 atau 9 tahun. Idiot itu dibagi atas dua macam, yaitu idiot partial dan atau tdak total dan idiot komplet atau absolute. Idiot Partial orang yang menderita penyakit ini memiliki perasaan primitif. Idiot partial ini disebabkan oleh penyakit-penyakit hydrocephaly, parencephaly, microgyria, atroti local, anomaly dari ganglia, yakni kelainan dari pusat saraf dan 50% disebabkan oleh penyakit epilepsy, tremor, dan athetosis.
            Idiot yang komplet (Absolut) orang dari kelompok ini tidak mempunyai kemampuan jiawa dan mengalami degenrasi secara total. Usia mentalnya seperti anak yang berusia 2,5 tahun. Tidak bisa berbicara dan tidak bisa membedakan instingnya. Ada gerakan-gerakan otot tetapi tidak terkoordinasi.
Tipe Klinis Retardasi Mental
Para ahli klinis menggunakan empat kategori retardasi mental berdasarkan pada nilai tes intelegensinya, yakni ringan, sedang, berat, dan sangat berat.
TABEL 15: TINGKAT-TINGKAT RETARDASI MENTAL DALAM PANDANGAN KLINIS
Tingkat Kehebatan
Perkiraan Rentang IQ
Persentase Retardasi Mental
Retardasi mental ringan
                50-70
            Kira-kira 85
Retardasi mental sedang
                35-49
                    10
Retardasi mental berat
                20-34
                   3-4
Retardasi mental sgt berat
             Dibawah 20
                   1-2

TABEL 16 : TINGKAT-TINGKAT RETARDASI MENTAL DAN TINGKAHLAKU ADAFTIF UNTUK RENTANG KEHIDUPAN DALAM PANDANGAN KLINIS.
Tingkat
Usaha Prasekolah 0-5
Usia Sekolah 6-21
Dewasa 21+
Ringan
Anak-anak prasekolah ini dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan social dan komunikasi dengan reterdasi ringan pada bidang-bidang sensorik-motorik.
Dapat mempelajari keterampilan-keterampilan akademis.Secara khas mereka tidak dapat mempelajari bahan-bahan pelajaran sekolah menengah umum dan membutuhkan pendidikan khusus, terutama pada tingkat usia sekolah menengah.
Mereka kadang-kadang membutuhkan pengawasan dan bimbingan bila mereka mengalami tekanan social dan ekonomis yang berat.
Sedang
Dapat berbicara dan belajar berkomunikasi tetapi kurang memperlihatkan kesadaran social dan hanya memperlihatkan perkembangan motoryang cukup.
Dapat mempelajari keterampilan-keterampilan akademis fungsional sampai kira-kira kelas IV SD pada usia mereka pada akhir belasan tahun, pendidikan khusus dibutuhkan.
Mampu membiayai hidupnya sendiri dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan atau pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan semi terampil.
Berat
Kurang memperhatikan motor hanya, dan hanya berbicara sedikit. Pada umumnya, mereka tidak mampu memperoleh keuntungan dari latihan dalam membantu dirinya sendiri dan mereka memperlihatkan sedikit keterampilan-keterampilan Komunikasi.
Dapat berbicara atau belajar berkomunikasi, dan dapat dilatih dalam kebiasaan-kebiasaan kesehatan yang  mendasar mereka tidak dapat mempelajari ketermapilan-keterampilan akademis fungsional, tetapi mereka dapat memperoleh keuntungan dari latihan kebiasaan-kebiasaan yang sistematis.
Dapat menyumbang sebagian untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dengan pengawasaan yang penuh, dan mereka dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan untuk melindungi dirinya sendiri sampai pada suatu tingkat yang sedikit berguna dalam suatu lingkungan yang terkontrol.
Sangat Berat
Retardasi yang hebat : kemampuannya hanya sedikit yang berfungsi dalam bidang-bidang sensorik motor.
Suatu perkembangan motor ada pada anak-anak muda ini tetapi mereka tidak memperoleh keuntungan dari latihan dalam membantu dirinya sendiri.
Hanya memperlihatkan suatu perkembangan motor dan cara bicara. Sama sekali tidak mampu memelihara dirinya sendiri dan benar-benar membutuhkan perawatan dan pengawasan.

Penyesuaian Diri Orang Yang Mengalami Retardasi Mental
            Karena cacat, maka kebutuhan mereka terutama kebutuhan akan keamanan, emosi mungkin lebih mendesak orang yang mengalami reterdasi mental itu bener-benar tidak beruntung.Ia tidak memiliki intelegensi yang mencukupi untuk mengembangan berbagai mekanisme penyesuaian diri yang dapat membantunya memecahkan masalah-masalah emosional.
            Orang yang terbelakang tidak hanya cacat mental, tetapi juga kemungkinan jauh lebih besar dari pada anak-anak normal, ia juga mengalami cacat fisik. Karena orang yang mengalami reterdasi mental kurang memiliki perlengkapan mental untuk menangani cacat fisiknya, maka ia merupakan masalah pribadi yang lebih beasar baginya daripada orang yang lebih cerdas. Karena masyarakat lebih menerima penyakit fisik dari pada penyakit mental, demikian juga masyarakat lebih dapat menerima cacat fisik daripada cacat mental.
Penyesuaian Diri diSekolah
            Anak yang intelegensinya dibawah rata-rata biasanya mengalami kesulitan dikelas. Jika IQ-nya 67, mentalnya berkembang 8 bulan untuk setiap tahun kalender. Oleh karena itu, ia masuk sekolah pada usia 6 tahun, usia mentalnya baru 4. Ia mungkin diharapkan dapat belajar membaca, tetapi ia tidak bisa. Ia sekarang berusia 7 tahun, tetapi masih belum dapat membaca walaupun bahannya mudah.Ia terus belajar di Sekolah Dasar, dan tahun demi tahun ia berjuang dengan bahan pelajaran yang telampau sulit baginya. Pada usia 12 tahun, usia mentalnya 8.
            Ada dua pemecahan bagi masalah sekolah anak-anak yang sedikit mengalami retardasi mental, yakni yang ber-IQ 51-69. Anak tersebut dididik dalam program sekolah khusus, anak didik mengenai keterampilan-keterampilan dasar seperti membaca, tanda-tanda sederhana, menghitung, dan sebagainya. Nilai-nilai fungsional dan bukan akademik harus dititikberatka dalam pendidikan anak-anak yang cacat mental. Guru tentu saja tidak hanya sadar akan perlunya mengadakan penyesuaian-penyesuaian diri tetapi ia juga harus mengetahui kebutuhan dan kemampuan dari kelompok yang cacat mental itu dan mengetahui bagaimana cara mengajar mereka.
Penyesuian Diri di Dalam Keluarga
            Mereka mungkin tidak mau mengakui kekurangan-kekurangan anak itu dan melemahkan dorongannya untuk mencapai sesuatu karena mereka tidak memperlihatkan keouasan terhadap apa yang dapat dilakukannya. Mereka menekan anak itu untuk mencapai ukuran-ukuran yang melampaui taraf kemampuannya dengan cara yang halus, penuh kasih sayang, atau terang-terangan menolak.Orang tua lain memanjakan anak cacat mental itu dan membuatnya supaya tetap tergantung, dengan demikian orangtua menghalangi kempuan anaknya walaupun terbatas.
            Orang tua dari anak yang cacat mental berada dalam situasi yang sulit. Karena sikap masyarakat, mereka mungkin merasa malu karena anak mereka cacat dan perasaan malu itu mungkin mengakibatkan anak itu ditolak secara terang-terangan atau tidak terang-terangan. Ada beberapa bukti bahwa orang tua yang kurang berpendidikan dari kelompok sosioekonomis bawah lebih berhasil dalam membantu anak-anak cacat mereka dibandingkan dengan orang tua yang berpendidikan baik. Menerima keterbatasan mental merupakan kunci utama bagi kesehatan mental dan perasaan dalam masyarakat bagi semua anak cacat mental terutama bagi yang sedikit cacat.
            Kestabilan Emosi. Gangguan-gangguan ini mulai dari ketidak mampuan dalam menyesuaikan diri yang ringan, seperti kurang mampu menguasai emosi yang diduga karena rendahnya usia mental mereka, sampai keadaan psikotik. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan ternyata bahwa reaksi-reaksi psikotik kira-kira tiga kali lebih besar dari pada yang diduga antara orang-orang cacat mental berdasarkan perbandingan jumlah mereka.
            Suatu terapi lingkungan biasanya sangat penting. Terapi ini dilakukan dengan cara memanipulasikan lingkungan dengan tujuan membantu orang-orang cacat mental itu dalam mengatasi kesulitan-kesulitan emosionalnya.
Penyebab
            Reterdasi mental disebabkan banyak factor, tetapi dari sekian banyak factor mungkin akan dikelompokan menjadi dua kategori : factor-faktor yang tidak berasal dari lingkungan (termasuk di dalam factor-faktor hereditas atau genetic, factor prenatal, dan factor pada waktu kelahiran dan sesudah kelahiran) yang disingkat saja sebagai factor biologis dan factor psikososial. Penelitian memperlihatkan bahwa sekurang-kurangnya setengah dan bahkan sering kali jauh lebih besar jumlahnya dalam populasi orang-orang yang menderita reterdasi yang ringan, telah mengalami cacat kromosom, penyakit genetic khusus, penyakit atau luka khusus sebelum kelahiran atau sesudah kelahiran (Akeson, 1986).
Faktor-Faktor Biologis
            Kualitas-kualitas gen yang diduga berasal dari orant tua dan diteruskan kepada anak-anak disebut herediter. Tetapi, beberapa gen yang ada pada saat kehamilan tidak seperti gen-gen yang dimiliki oleh salahsatu orang tuanya, gen-gen itu disebut gen-gen abnormal. Gangguan-gangguan tertentu dapat diperoleh sebelum kelahiran, sebagai akibat dari zat-zat kimia yang memasuki janin melalui placenta dan juga disebabkan oleh penyakit atau luka pada waktu kelahiran atau sesudah kelahiran.
            Abnormalitas-Abnormalitas Kromosom. Dalam kasus-kasus ini, cacat-cacat yang terdapat pada kromosom-kromosom yang bukan jenis kelamin, atau autosom mengarah kepada kondisi-kondisi yang menyebabkan reterdasi mental. Kira-kira sepertiganya melngalami mutasi-mutasi gen tunggal dan kebanyak dari yang seprtiga itu mengalami mutasi-mutasi atau abnormalitas-abnormalitas kromosom.
1.      Down syndrome. Abnormalitas kromosom yang sangat biasa dan dikaitkan dengan reterdasi mental adalah down syndrome. Gangguan down syndrome ini sering disebut juga “ Mongolisme” Disebut demikian karena mata sipit dari anak yang menderita gangguan ini memberi kesan seperti orang Mongol. Ciri khas pada orang yang menderita gangguan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: wajah lebar, hidung pesek atau tumpul dan lebar, letak matanya miring, lubang matanya sempit dan sipit. Sering kali matanya juling dan mengalami hipermetropia. Kadang menderita astigmatisme, yakni melihat benda tetapi anggapannya tidak sama dengan penglihatannya. Sering sekali mengalami8 katarak, yaitu mata berair dan pandangannya jadi kabur kosong.Matanya bertitik-titik mengalami kerusakan. Mulutnya menganga terbuka, kulitnya halus berlemak dan otot-ototnya atau uratnya lemah, lidahnya tebal dan besar tetapi lunak, biasanya menjulur keluar. Adakalanya lidahnya kecil sekali, runcing, kasar, juga terbelah-belah.Otaknya tidak tumbuh dengan sempurna karena ada kerusakan pada alat pernapasannya , ada oedema ( pembengkakan yang mengandung air )
pada otak sehingga system saraf mengalami kerusakan.
2.      Turner’s syndrome. Turner’s syndrome atau sering disebut juga dengan gonadal dysgenesis hanya terdapat pada wanita dan hanya kadang-kadang menyebabkan reterdasi ringan. Penyebab gangguan ini adalah wanita kehilangan atau tidak memiliki satu dari dua kromosom wanita ( hanya memiliki kromosom X dan buka XX). Wanita yang mengalami ganguan ini memiliki alat kelamin luar yang normal, indung telur tidak berkembang dan hanya memproduksi esterogen yang sedikit,mandul,serta,memiliki badan lebih pendek dari rata-rata. Ganguan ini bisa dirawat dengan memberikan hormone wanita tetapi perawatan tidak dapat memperbaiki cacat pada abilitas kognitif.
3.      Klinefelter’s syndrome yang hanya terbatas pada pria dan disebabkan oleh kromosom-kromosom wanita tambahan. Susunan kromosomnya bukan XY (satu kromosom wanita dan satu kromosom pria) kromosom normal untuk pria, XXY atau XXXY. Yang mengakibatkan buah dada besar,otot tidak berkembang dengan baik, dan mandul.

Ganguan-Gangguan Herediter (Genetik)
Bila gangguan itu disebabkan oleh sesuatu gen yang dominan, maka hanya satu gen dari sepasang gen khusus itu mengalami gangguan itu. Sebaliknya, dalam gangguan-gangguan yang resesif, dua gen dari pasangan gen itu harus mengalami kerusakan.
1.      Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh gen-gen yang sangat dominan.
Sebagai contoh dari gangguan ini adalah tuberous scleorosis. Disamping reterdasi berat dan serangan kejang-kejang, gangguan ini menimbulkan tumor-tumor kecil berserabut yang terdapat disamping hidung dan bagian dalam dari tubuh, dan abnormalitas-abnormalitas kulit.
2.      Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh gen-gen resesif. Apabila kedua orang tua mungkin membawa gen resesif yang sama, maka satu diantara anak empat anak mereka memiliki kemungkinan mengalami gangguan itu, dan dua dari empat anak mereka memiliki kemungkinan untuk menjadi pembawa gangguan itu sama seperti orang tua mereka. Beberapa gangguan yang diwariskan ini merupakan gangguan-gangguan metabolism.
A.    Phenylketonuria (PKU). Phenylketonuria yang biasanya disingkat dengan PKU mengakibatkan suatu tingkat reterdasi berat. Mereka mungkin mudah marah, tidak dapat diprediksikan, hiperaktif, dan pada umumnya tidak responsive terhadap orang lain.Anak yang menderita PKU mungkin memiliki rambut pirang, bermata biru, dan berkulit kuning langsat. Penyebab PKU adalah enzim yang diperlukan untuk menghancurkan asam amino yang disebut phenylalanine rendah. Bila phenylalanine tidak dihancurkan, maka phenylalanine membentuk phenylalane cid, yang kemudian merusak otak. Apabila makannya mengandung phenylalanine yang berkadar rendah itu diberikan sejak dini pada masa bayi da tetap dipertahankan selama jangka waktu sekurang-kurangnya 6 tahun, maka reterdasi akan menjadi rendah atau tidak begitu berat.
B.     Tay-Sachs disease adalah gangguan metabolis lain yang diwariskan dan bisa menimbulkan kematian. Anak-anak yang ditimpa oleh gangguan ini akan menderita dan secara berangsur-angsur kehilangan control terhadap otot, dan akan menjadi tuli, buta, serta mengalami reterdasi dan kelumpuhan.
C.     Cretinisme. Karakteristik fisik cretinisme yang sangat terkenal adalah badan yang sangat pendek ( kerdil), perut menonjol, jari-jarinya pendek dan gemuk, kulit kering, rambut jarang dan rapuh.Pada bayi, cretinisme dapat ditemukan dengan adanya denyut jantung yang rendah, kecepatan pernapasan kurang dan suhu tubuh yang rendah.
3.      Gangguan-gangguan yang dibawa oleh sel-sel jenis kelamin. Bila abnormalitas terjadi dalam pasangan kromosom ini, yang disebut sel-sel jenis kelamin, tidak selalu abnormalitas yang menimbulkan cacat seberat seperti yang disebankan oleh abnormalitas dalam kromosom-kromosom yang bukan jenis kelamin. Fragilen X syndrome adalah penyebab kedua reterdasi mental yang sangat umum dan dapat didefinisikan pada pria.Penyebab pertama yang paling umum adalah down syndrome, karena fragile syndrome diteruskan melalui kromosom X, maka pria diwarisi penyakit ini dari ibunya.

            Gangguan-gangguan yang Disebabkan oleh Lingkungan Prenatal. Faktor-faktor prenatal yang dihubungkan dengan reterdasi mental adalah infeksi-infeksi yang dialami ibu, ketidak cocokan darah dan kondisi-kondisi ibu yang kronis, zat-zat kimia dalam lingkungan janin, radiasi, kekurangan gizi, usia dari orang tua, dan stress yang dialami ibu.
1.      Infeksi-infeksi yang dialami ibu. Ada tiga macam virus yang dikenal sebagai cacat-cacat kongenital, yakni virus rubella (campak jerman), cytomegalovirus, dan harpes virus homilis (herpes simplex). Sintom-sintom dari ibu hamil yang menderita gangguan rubella hanya berupa suhu tubuh rendah dan peradangan kulit yang ringan. Reterdasi dapat juga terjadi bila ibu menderita infeksi bakteri, seperti sifilis atau penyakit virus yang kronis, seperti herpes. Sifilis pada ibu selain bisa menyebabkan reterdasi, keguguran dan bayi lahir, juga dapat mengakibatkan mati, reterdasi mental,bayi terlahir buta, dan tuli,serta cacat kelahiran lainnya.
2.      Ketidakcocokan darah dan kondisi ibu yang kronis. Hipertensi ( tekanan darah tinggi ) dan diabetes adalah conto gangguan kronis yang mungkin mengganggu makanan janin dan menyebabkan terjadinya kerusakan otak. Bahkan obat-obat penenang yang ringan, seperti Librium ada hubungannya dengan peningkatan cacat-cacat yang berat pada janin. Disamping itu, zat-zat kimia, udara, makana, dan air mungkin juga mempengaruhi anak sebelum lahir.Serta penggunaan alcohol pada waktu kehamilan diketahui sebagai penyebab terjadinya reterdasi.

            Diagnosis Prenatal. Sudah selama bertahun-tahun sonogram atau ultrasound scan yang memperlihatkan janin pada layar televise, dan amniocentesis, yakni suatu analisis mengenai cairan amniotic disalam kantung pembungkus janin, telah membantu untuk mendeteksi adanya down syndrome dan cacat genetic yang termasuk beberapa gangguan yang diwariskan. Amniocentesis tidak dapat digunakan sampai kira-kira bulan keempat kehamilan dan sel-sel harus dipelihara selama dua minggu setelah tes itu dilakukan, dengan demikian kehamilan bisa berjalan terus sebelum hasilnya diketahui.
            Amniocentesis dapat disarankan apabila resiko untuk mendapat anak yang akan mengalami retardasi atau gangguan genetik lainnya adalah tinggi misalnya,bila ibu berusia di atas 35 tahun atau bila anak yang lain dalam keluarga menderita gangguan-gangguan genetik lainnya. Hasilnya bersama dengan informasi yang diperoleh mengenai sejarah genetik orang tua digunakan untuk berbicara dengan orang tua mengenai kemungkinan akan kehamilan itu. Dengan memberikan pengetahuan ini, atau mereka dapat menyiapkan diri untuk melahirkan seorang anak yang mengalami suatu masalah tertentu.
            Suatu prosedur yang dikembangkan kemudian adalah chorionic virus sampling, yang merupakan alternatif untuk Amniocentesis dan dapat dilakukan sesudah kehamilan berusia 9 minggu. Baik Amniocentesis maupun chorioniv virus sampling dapat dilakukan dengan menggunakan jarum suntik yang dimasukkan ke dalam leher rahim. Bahaya dari Amniocentesis adalah antara setengah atau satu persen dari tes ini menyebabkan keguguran sehingga penggunannya bisa mendatangkan bahaya bagi janin.
            Tes baru lain adalah alpha-fetoprotein test yang memerlukan sampel darah pada akhir bulan keempat kehamilan. Tes ini dapat menunjukkan tidak hanya kemungkinan adanya gangguan-gangguan genetik,seperti down syndrome, tetapi juga cacat-cacat pada tabung neural,seperti anencephaly, dimana bayi lahir dengan otak yang tidak sempurna atau tanpa otak. Tes darah dengan menggunakan alfafetoprotein test tidak meyakinkan, dengan demikian bila hasil dari tes itu positif, wanita yang hamil itu perlu juga dengan sonogram dan mungkin juga dengan Amniocentesis.
            Masalah-Masalah pada waktu Kelahiran dan Sesudah Kelahiran. Diketahui bahwa kondisi-kondisi tertentu yang terjadi pada waktu kelahiran dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya retardasi mental, meskipun kondisi-kondisi tidak sering terjadi bila dibandingkan dengan kondisi-kondisi prenatal. Dua kesulitan yang sangat umum terjadi adalah asphyxia (kekurangan oksigen), dan kelahiran prematur, yakni lahir tiga minggu atau lebih sebelum waktunya. Kerusakan sistem saraf pusat sesudah kelahiran dapat juga menyebabkan retardasi. Diantara kasus-kasus kerusakan itu adalah infeksi-infeksi,pukulan-pukulan pada kepala, tumor, dan racun-racun. Beberapa zat beracun (misalnya,karbon monoksida,barbiturat dan sianida) merusak sel-sel otak dengan menghilangkan oksigen dari sel-sel tersebut. Racun-racun lain (misalnya,timah,warangan,dan air raksa) merusak tempat-tempat tertentu pada otak.
Meningitis dan encephalitisyang berat yang terkadang menyebabkan gondok,campak,cacar air dapat menyebabkan terjadinya peradangan otak dan jaringan sel-sel di sekitarnya. Seringkali hal ini menyebabkan retardasi,serangan kejang-kejang atau bahkan keduanya.
Faktor-Faktor Psikososial
            Bentuk-bentuk retardasi mental yang berat dan sangat berat hanya merupakan sebagian kecil saja dari kasus retardasi mental. Retardasi mental yang sedang,berat,sangat berat ditemukan pada semua tingkatan masyarakat dan penyebabnya adalah masalah-masalah fisiologis. Sebaliknya,bentuk-bentuk retardasi yang ringan ditemukan pada golongan sosial yang lebih rendah. Retardasi-retardasi yang ringan tidak dihubungkan dengan penyebab-penyebab khusus dan tidak dibagi menjadi tipe-tipe yang berbeda.
            Pengaruh dari status sosio-ekonomis dan latar belakang budaya terhadap abilitas intelektual diteliti pada anak-anak Cina,Yahudi,Puerto,Riko,dan Negro yang berasal dari latar belakang kelas yang lebih rendah dan menengah serta memperlihatkan dua penemuan
1.      Anak-anak yang berasal dari kelas yang lebih rendah pada umumnya memperlihatkan performasi yang kurang baik dibandingkan dengan anak-anak dari kelas menengah.
2.       Anak-anak yang berasal dari latar belakang etnis yang berbeda memeprlihatkan pola-pola abilitas yang berbeda pula. Penemuan-penemuan itu merupakan bukti yang kuat atas pengaruh-pengaruh dari kelas sosial sosial dan budaya terhadap abilitas intelektual
            Pengaruh-pengaruh dari faktor-faktor psikososial diperlihatkan juga secara dramatis pada kasus seorang gadis cilik yang terkurung di dalam loteng rumah sampai ia berusia 6 tahun (Davis,1947). Pada waktu ia ditemukan,IQ-nya hanya 25,tetapi dalam waktu 3 tahun ia berfungsi pada tingkat yang dengan usianya.
            Kedua penemuan di atas ditambah dengan kasus dari anak yang terkurung itu merupakan dukungan yang kuat bagi hubungan antara faktor-faktor psikososial dan abilitas-abilitas intelektual. Dalam kebanyakan kasus,faktor-faktor ini ada kaitannya dengan kelas sosial yang merupakan kemungkinan untuk menjelaskan apa yang menyebabkan orang-orang dari kelas yang lebih rendah yang menderita retardasi ringan.
1.      Lingkungan-lingkungan psikososial terbatas. Lingkungan-lingkungan sosial yang kaya dianggap ikut menunjang perkembangan otak dan keterampilan-keterampilan kognitif yang lebih tinggi.
2.      Kebiasaan-kebiasaan berbahasa. Tingkah laku verbal memainkan peran yang penting dalam menentukan inteligensi dan dalam fungsi sehari-hari,dan dengan demikian kebiasaan-kebiasaan berbahasa merupakan faktor yang sangat penting dalam retardasi mental.
3.      Gaya mengasuh anak. Bermacam-macam penelitian memperlihatkan bahwa bila dibandingkan dengan para ibu dari kelas menengah,ibu-ibu dari kelas yang lebih rendah lebih otoriter dan hanya memberikan sedikit peluang kepada anak-anak mereka untuk mengeksplorasikan diri. Mereka mungkin juga kurang menjelaskan segala sesuatu kepada anak-anak,lebih kritis,kurang berbicara pada anak-anak mereka dan menggunakan kalimat-kalimat yang lebih singkat dengan kata-kata yang abstrak. Interaksi ini tidak membantu perkembangan pemikiran kritis atau tantangan-tantangan akademis.
4.      Motivasi. Motivasi sangat penting untuk performansi intelektual yang efektif, tetapi anak-anak dari kelas yang lebih rendah tidak didorong untuk melakukan dengan baik di sekolah dan tidak melihat performansi sekolah sebagai sesuatu yang relevan atau penting.
5.      Pendidikan di sekolah. Sering ada perbedaan-perbedaan penting antara kemudahan-kemudahan yang disediakan untuk para sisswa dari kelas-kelas atau kelompok-kelompok rasial yang berbeda
6.      Perawatan. Fisik atau medis yang kurang baik.orang-orang dari kelas yang lebih rendah sering menerima perawatan prenatal dan postnatal yang kurang baik dibandingkan dengan orang-orang dari kelas menengah dan perbedaan ini dapat mengakibatkan retardasi.
Tipe khusus
Dua tipe khusus retardasi mental dikategorikan sebagai pseudoretardasi dan cendekiawan idiot (idiot savant)
            Pseeudoretardasi. Penderita mental ini adalah individu yang bereaksi karena menarik diri dalam menghadapi ketakutan atau kritik,kehilangan semua minatnya terhadap pekerjaan dan dorongan untuk berprestasi.
            Cendekiawan Idiot (idiot savant). Merupakan gejala kapasitas intelektual yang aneh dan sulit dimengerti. Meskipun kelihatannya individu itu seperti dungu dan ada tanda-tanda retardasi mental,tetapi ia memiliki bakat dan kemampuan yang luar biasa bahkan sering sangat mencolok.
Intervensi
Rita Wicks-Nelson dan Allen Israel (1991) mengemukakan tiga macam intervensi yang dapat dilakukan terhadap anak-anak yang mengalami retardasi mental,yakni penempatan di lembaga,perawatan,dan pendidikan.

CACAT FISIK
       Fisik seseorang merupakan faktor yang penting dalam pemebentukan gambaran tubuh dan dalam perkembangan self concept. Jika fisik jelas berbeda atau menyimpang dari yang normal, dengan cacat pada indra atau motorik,maka penyimpangan seperti itu akan mempengaruhi bentuk dari gambaran diri seseorang.
Timpang
       Dampak psikologis dari cacat tulang tidak jelas dan langsung, tetapi sampai pada batas tertentu,cacat itu ditentukan oleh hubungan-hubungan antar pribadi yang dialami oleh orang-orang yang cacat. Dengan kata lain sikap-sikap keluarganya dan orang-orang lain yang penting dalam lingkungannya itu sangat mempengaruhi reaksi-reaksi tingkah laku individu terhadap cacat fisiknya.
Keluarga
       Suasana emosional dalam keluarga, seperti berkali-kali dalam buku ini,sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Karena anak yang pincang akan bergantung pada kasih sayang dan perlindungan orang tua,maka hubungannya dengan orang tua dan saudara-saudaranya lebih penting daripada anak normal.
Sikap terhadap diri sendiri
       Sikap anak-anak cacat terhadap cacat mereka dan terhadap diri mereka sendiri tidak hanya berbeda-beda tetapi juga tidak erat hubungannya dengan tingkat cacatnya.dengan kata lain tidak ada keseragaman persepsi yang dimiliki orang-orang cacat terhadap cacat-cacat mereka dalam suatu kebudayaan tertentu. Seperti dikemukakan sebelumnya,sikap-sikap mereka dipengaruhi oleh situasi sosial yang lebih luas. Setiap anak yang cacat fisik adalah anak yang memiliki kebutuhan emosional khusus,kemampuan bawaan,dan latar belakang pengalaman sendiri.
Tuna Rungu
       Meskipun ada sedikit perbedaan pendapat mengenai istilah tersebut dalam membedakan  kelompok-kelompok tuna rungu,tetapi istilah tuli biasanya terbatas pada orang-orang yang indra pendengarannya tidak berfungsi.
Sikap Terhadap Orang Tuna Rungu
       Orang-orang yang tuli atau susah pendengarannya lebih besar kemungkinannya untuk tidak disukai dibandingkan dengan orang pincang atau tuna netra. Mungkin ini disebabkan karena orang-orang tuna rungu kelihatannya sama seperti yang lain. Orang-orang dengan pendengaran normal sering menganggap lebih rendah orang yang tuna rungu karena mereka itu (yang tuli dan yang susah pendengarannya) banyak bertanya tapi sulit menangkap apa yang telah dikatakan.
Eisen menjelaskan bahwa beberapa faktor harus berinteraksi sebelum tipe tuna rungu ini menjadi perhatian para psikolog.
A.    Faktor-Faktor Pendorong
1.      Biologis
Infeksi atau penyakit yang menyebabkan hilangnya pendengaran selama tahap-tahap yang sangat penting sebelum perkembangan bahasa dan awal perkembangan bahasa.
2.      Psikologis
a.       Latar belakang keluarga yang menyebabkan perkembangan kepribadian yang salah,toleransi yang rendah terhadap stres atau persaingan
b.      Reaksi keluarga terhadap kesulitan pendengaran sehingga memperkuat berkurangna toleransi stress
B.     Faktor-Faktor Pemercepat
Banyak terjadi bahwa stres dan tegangan dalam penyesuaian diri dengan teman-teman sebaya di sekolah dan faktor-faktor sosial yang lain,dijumpai anak ketika ia meninggalkan lingkungan keluarga yang lebih terlindung.
Tuna Netra
          Jumlah tuna netra di Indonesia belum ditentukan dengan tepat. Salah satu sebabnya ialah kesulitan mengenai definisi tentang tuna netra. Jika ketajaman penglihatan sentral 20-200 dipakai sebagai kriterium maka mungkin banyak sekali orang indonesia termasuk dalam kategori tuna netra. Orang yang memiliki kemampuan melihat semacam ini hanya dapat membaca huruf yang besar-besar (lebih dari 14 titik) jika kriterium yang dipakai “hanya kabur penglihatan saja” maka jumlah tuna netra mungkin hanya sedikit.

Kasus-Kasus Marjinal
            Apakah lebih baik buta sama sekali daripada hanya sedikit buta?apakah lebih baik tuli sama sekali daripada hanya susah pendengaran? Apakah lebih baik timpang sama sekali daripada hanya sedikit timpang? Meskipun penjelasan mengenai persoalan-persoalan ini hanya sedikit sekali,namun pada umumnya cacat yang sudah jelas lebih mudah diterima dan menyesuaikan diri dengannya dibandingkan dengan situasi marjinal.
      
Anggota kelompok :
Raden Roro Tantri Dyah (15512850)
Siti Dina Maryani (17512048)
Theresia Debby FR (17512353)
Tiara Mayang Sari (17512373)